demonstrasi menolak atas rencana pemberian gelar Raja Batak kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Massa menilai, SBY tidak pantas menyandang gelar raja batak karena tidak mampu memimpin bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
PENOLAKAN itu disampaikan PNBB, salah satu organisasi suku Batak di Medan, Minggu (16/1/2011) dengan menggelar aksi demonstrasi di dua lokasi berbeda yakni di Medan dan Jakarta. Di Medan, massa PNBB bergerak dari kawasan Tugu Air Mancur, di Jalan Sudirman menuju Tugu Raja Sisingamangaraja ke XII di Jl Sisingamangaraja. Sementara di Jakarta, aksi serupa juga digelar di Bundaran HI, Jakarta Pusat, pukul 11.00 hingga 12.00 WIB.
Penganugerahan gelar Raja Batak tersebut rencananya akan dilakukan ketika SBY berkunjung ke Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumut, Selasa 18 Januari mendatang. Dalam aksinya, massa PNBB menilai SBY tidak pantas menyandang gelar Raja Batak karena terbukti tidak mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Selain melakukan orasi, massa juga mengadu pada arwah Raja Sisingamangaraja XII.
Pimpinan aksi Edi Barita Malau pun menyampaikan pengaduannya di hadapan patung Raja Batak Sisingamangaraja XII itu sembari menangis terisak-isak. “Oppung. Coba lihatlah, Oppung! Gelar Raja Batak sudah dipakai untuk kepentingan politik, Oppung,” teriak Malau dengan menghadap ke patung Si Raja Batak. Sedangkan di belakangnya, ratusan massa mengacung-acungkan sejumlah poster yang bertuliskan penolakan mereka. “Pemberian gelar raja batak kepada SBY hanya akan mencederai pluralisme di tengah-tengah masyarakat batak,” kata Edi.
“SBY Sok Kali Kau!” dan “Hei SBY, Jangan Kau Coba Datang ke Tanah Batak” tertulis di sejumlah poster yang dibawa oleh para massa. Selain itu, juga ada spanduk bertuliskan “TB Silalahi, Jangan Kau Jual Orang Batak kepada SBY”.
Malau sendiri dalam orasinya menyampaikan tuntutan rakyat Batak yang menolak pemberian gelar adat tersebut kepada Presiden SBY. Mereka juga meminta agar elit politik dari Tanah Batak tidak lagi seenaknya memberikan gelar adat kepada sembarangan orang, hanya untuk kepentingan politik mereka. “Gelar itu hanya digunakan sebagai ajang popularitas dan komersialisasi oleh mereka. Padahal, gelar Raja Batak itu adalah gelar adat, tidak sembarangan orang yang bisa memakai gelar itu,” ucap Malau dalam orasinya.
Selain itu, mereka juga menuntut pemerintah bertanggung jawab terhadap kriminalisasi jemaat HKBP di Bekasi. Dalam aksi itu, mereka juga menyanyikan lagu berjudul “O Tano Batak”.
Menanggapi aksi yang dilakukan Aliansi Batak Seluruh Indonesia di Hotel Indonesia, TB Silalahi selaku tuan rumah Grand Opening Museum Batak TB Silalahi Center yang akan dilaksanakan pada 18 Januari mendatang, angkat suara. Menurut dia sama sekali tak ada rencana memberi SBY gelar Raja Batak. “SBY tidak diberi gelar Raja Batak, yang memberi gelar kehormatan adalah Mandailing dan itu bukan gelar Raja Batak tapi diberi gelar Patuan Sorimulia Raja, suatu gelar kehormatan. Mereka biasa memberi gelar itu kepada salah satu tokoh yang dihormati,” terang TB Silalahi. “Sedangkan Ibu Ani akan diberikan gelar Naduma Harungguan Hasayangan dari Adat Angkola.”
Lebih jauh dia menjelaskan, gelar bagi SBY dan Ibu Ani merupakan gelar tertinggi adat Batak Angkola. Dalam Bahasa Indonesia merupakan singkatan dari Paduka Tuan. Sepanjang pengetahuan TB Silalahi, Batak Toba juga tidak punya tradisi memberi gelar. “Jadi kalau Anda orang Batak Toba protes itu salah alamat. Keputusan itu dari Lembaga adat Angkola,” ungkapnya.
Sementara itu, kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul menilai massa PNBB tidak berhak menolak pemberian gelar Raja Batak kepada SBY. Dia beralasan, tidak ada satu marga atau organisasi manapun yang bisa mengatasnamakan orang Batak. “Pak SBY diangkat sebagai Raja Batak itu karena keteladanan, kenegarawanan, kerendahan hati beliau dan karena memang dicintai rakyat,” katanya.
Itu sebabnya, Ruhut menilai PNBB hanya massa yang kurang pekerjaan saja. Karenanya, Ruhut mengaku akan tetap mendukung pemberian gelar Raja Batak kepada SBY.
“Kita akan memberi itu, kita akan mendukung itu. Yang menolak itu siapa? Si Poltak (Ruhut) saja, yang raja minyak dan terkenal tidak menolak. Mereka (PNBB) itu siapa?” tutup Ruhut.